Oleh Jarjani Usman
“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah: 8).
Saat seseorang terpilih menjadi pemimpin, banyak orang memberikan ucapan selamat. Namun kalau direnungi, sesungguhnya pemimpin yang baru terpilih itu belum sampai pada tahap selamat. Masih banyak rintangan dan godaan yang akan dihadapi saat bertugas.
Lebih-lebih pemimpin dalam wilayah yang tidak mementingkan ketidak-adilan, akan tak tertutup kemungkinan untuk bertindak tidak adil. Sebahagian rakyat mendapat perlakuan istimewa, sedangkan sebahagian yang lain terabaikan atau bahkan teraniaya. Lebih-lebih sebahagian rakyat yang sebelumnya tidak memihak atau memilih calon pemimpin yang lain, berpeluang dianggap sebagai orang-orang yang patut dimusuhi atau paling kurang tidak perlu dipedulikan. Perlakuan-perlakuan seperti ini menunjukkan keadaan pemimpin yang jauh dari keselamatan di dunia dan akhirat.
Padahal ketika terpilih menjadi pemimpin, berarti pemimpin bagi semua rakyat tanpa kecuali. Bukan pemimpin keluarga, juga bukan pemimpin kelompok, sehingga tak pantas hanya anggota keluarga atau orang-orang tertentu saja yang merasakan kenikmatan dari kehadiran pemimpin. Allah juga mengajak hamba-hambaNya untuk senantiasa berbuat adil. Bahkan, Allah berjanji akan memberikan keistimewaan di akhirat kelak bagi pemimpin yang mau berbuat adil untuk seluruh rakyatnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “Tujuh golongan manusia akan dinaungi Allah pada hari tiada tempat bernaung selain naunganNya, (di antaranya) pemimpin yang adil.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan