01 April 2011

Pandangan Mahathir yang cetek dan celaru mengenai Islam !


27 Rabiulakhir 1432H. [MOD] -

Oleh : ibnuirfadzil.blogspot.com

Gambar ini saya capture dari Majalah al Islam, bulan Mac 2011... (kalau tak silap) Apa pandangan anda tentang apa yang diutarakan oleh Mahathir di sini.. Semoga kita berhati-hati dengan serangan pemikiran Sekularisme.

Komen Cina Islam :

Saya terpanggil untuk menyiarkan email ringkas dari sdr Ibnuirfadzil mengenai kenyataan Mahathir yang saya anggap jelas menggambarkan kecelaruian pemikiran can ceteknya ilmu Mahathir mengenai ajaran Islam itu sendiri.

Bagi mereka yang sering mengikuti perkembangan ucapan dan pemikiran mahathir termasuklah saya, ucapan diatas adalah pelengkap dan penambahan koleksi Mahathir yang sering mengeluarkan pandangan yang menghina Islam.

Sesunggunya Rasulullah diutuskan untuk melengkapkan ajaran Islam termasuklah satu sunnah yang diajar oleh baginda dalam soal politik dan pemerintahan seperti semasa baginda di Madinah. Ajaran inilah yang membayangi Jamaah Islam diseluruh dunia dan di malaysia adalah PAS bagimelaksanakan cita-cita islam tersebut.

Setelah Wafatnya baginda Rasulullah maka Ulamaklah menjadi ikutan dan panduan umat Islam sehingga askhir zaman seperti Sabda Rasulullah " Ulama adalah pewaris kepada para nabi".

Suka saya memetik satu tulisan dari Majalah Hidayatullah seperti dibawah:-

Majalah Hidayatullah, Desember 2007. Akhir-akhir ini banyak umat Islam yang sudah berani melecehkan para ulama dan tidak menghormati mereka lagi, ini adalah salah satu tanda akhir zaman…padahal dalam Islam, para ulama mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat sekali. Diantaranya adalah apa yang disebutkan Allah swt dalam salah satu firman-Nya :

” Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 )

Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah , Rosul-Nya dan ulil amri. Hanya saja ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya adalah ketaatan mutlak, sedangkan ketaaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya. Adapun maksud dari ulil amri dalam ayat tersebut menurut Ibnu Abbas ra, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Thobari dalam tafsirnya adalah para pakar fiqh dan para ulama yang komitmen dengan ajaran Islam. Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa ulil amri di atas mencakup para ulama dan umara ( pemimpin ).

Ini sesuai dengan apa yang kita dapati dalam perjalanan sejarah Islam pertama, bahwa Rosulullah saw adalah sosok ulama dan umara sekaligus. Begitu juga para khulafa’ rasyidin sesudahnya : Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, begitu juga beberapa khalifah dari bani Umayah dan bani Abbas. Namun dalam perkembangan sejarah Islam selanjutnya, sangat jarang kita dapatkan seorang pemimpin negara yang benar-benar paham terhadap Islam. Dari sini, mulailah terpisah antara ulama dan umara. Dalam posisi seperti ini, manakah yang harus kita taati terlebih dahulu, ulama atau umara ? Kalau kita perhatikan ayat di atas secara seksama, akan kita dapati bahwa ketaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya.

Sedang orang yang paling mengetahui tentang perintah Allah dan Rosul-Nya adalah para ulama, dengan demikian ketaatan kepada para ulama didahulukan daripada ketaatan kepada umara, karena umara sendiri wajib mentaati ulama yang komitmen dengan ajaran Islam. Dalam hal ini Ibnu Qayyim dalam bukunya ” I’lam Al Muwaqi’in ” ( 1/9 ) menyatakan : ” Pendapat yang benar adalah bahwa para umara’ hanya boleh ditaati jika mereka memerintahkan kepada sesuatu yang berdasarkan ilmu, hal itu bisa terwujud jika para umara’ tersebut mengikuti para ulama, karena ketaatan itu hanya diwajibkan pada hal-hal yang baik –baik saja dan berdasarkan ilmu. Oleh karenanya, kita mentaati ulama, karena mereka mentaati Rosulullah saw, begitu juga kita mentaati umara’ karena mereka mentaati para ulama . ”

Semuga kita terus dilindungi oleh Allah SWT dari pemikiran yang karut dan sesat.

2 ulasan:

nangome berkata...

SEpatutnya kita mempamerkan rupa bentuk Islam dalam sistem pemerintahan Islam kepada yang bukan Islam baru lah kita di hormati mereka yang bukan Islam kerana ianya telah terbukti bahawa Islam berjaya memartabatkan Islam dan hambanya pada masa dahulu. Mahatir ni dah melalut seolah dia yang pandai..................

Tanpa Nama berkata...

Assalamualaikum, bagi saya, tun ada sebab tersendiri untuk mengatakan sebegitu..
sepanjang kehidupan saya sebagai rakyat Malaysia, saya sedikit sebanyak juga mengikuti secara tidak langsung dengan keadaan politik di Malaysia.
Saya akui memang ada politik di dalam pemerintahan Islam sejak dari zaman para nabi dahulu,di mana nabi menjadi pemerintah,tetapi politik pada zaman itu lebih berkisar antara Islam dan bukan islam, dan juga antara perbezaan iktikad.
Namun, keadaan di Malaysia amat berbeza sekali. Saya melihat perbalahan di antara politik walaupun sesama Islam, sehiggakan solat berimamkan dua imam yang berlainan parti.
Mengapa tun mengatakan sebegitu adalah kerana saya percaya, tun berasa malu apabila Islam dicemari dengan perbalahan politik, sehinggakan beliau merasa lebih baik tidak mencampurkan antara hal politik dan keagamaan.
Saya tegaskan pandangan saya disini bahawa, tun sebenarnya cuba mengelakkan kesuciaan agama Islam daripada dicemari lebih banyak lagi pada masa hadapan oleh umatnya, hanya bersebabkan perselisihan fahamaan dalam politik.
Saya memberi satu perbandingan, agar anda semua lebih mudah faham; jika anda ingin bersolat berjemaah, manakah imam yang anda pilih 1) seorang imam yang alim dan lebih banyak bercakap tentang hal2 akhirat, ataupun 2) imam yang alim tetapi lebih banyak bercakap tentang hal2 dunia(politik).....saya yakin,seyakin-yakinnya anda pasti memilih imam no 1, namun jika anda memilih no 2, tidak ada salahnya, cuma mungkin anda lebih banyak berfikir tentang hal manusia, berbanding hal pencipta manusia..