27 Oktober 2013

Bajet 2014 : Benarkah gula penyebab Diabetes ?


22 Zulhijjah 1434 H. [MOD] -

Bajet 2014 yang baru dibentangkan oleh PM di Parlimen Jumaat lepas masih hangat di perkatakan terutamanya mengenai penarikan Susidi ke atas gula sebanyak 34 sen menyebabkan mulai semalam gula telah naik harganya..

Najib yang juga Menteri Kewangan ketika membentangkan Bajet 2014 di Dewan Rakyat berkata langkah itu bertujuan mengurangkan jumlah pesakit diabetes di negara ini yang agak membimbangkan.

"Berdasarkan statistik, terdapat 2.6 juta rakyat Malaysia yang berumur 30 tahun ke atas menghidap penyakit diabetes," katanya.

Benarkan alasan ini sehingga ianya menjadi bahan kempen BN di PRK Sungai Limau dengan bermati-matian TPM mempertahan langkah ini . Tidak lain bagi saya untuk mengekang kemarahan rakyat akibat kenaikan harga gula dan membawa kepada kenaikan semua barangan lain yang dikaitkan dengan gula.

Paling tidak berakhlak dan membuktikan bahawa BN sudah kehabisan modal bila mengaitkan isu kenaikan harga gula yang menurutnya, ia dilakukan untuk manfaat orang ramai dan hadirin yang hadir perlu mengambil iktibar daripada penyakit kencing manis yang dideritai allahyarham Tan Sri Azizan Abdul Razak.

Berikut adalah jawapan sebenar kepada isu tersebut yang saya petik dari 2 sumber yang berlainan, sila beri komen anda selepas membaca artikel ini :-


Benarkah Gula Menyebabkan Kegemukan Dan Diabetes?


Gula kerap dianggap berefek buruk terhadap kesehatan. Gula sering dituding menjadi penyebab kegemukan dan diabetes. Gula “dituduh” menjadi penyebab kegemukan karena dianggap menyumbang energi/kalori yang besar tiap porsinya. Sedangkan untuk diabetes selama ini yang banyak diketahui, penyakit ini mempunyai ciri-ciri dan erat kaitannya dengan kadar gula yang tinggi dalam darah.
Fungsi gula bagi tubuh sebenarnya adalah sebagai bahan dasar bahan bakar dasar pembentuk energi, esensial untuk berfungsinya seluruh sel, terutama sel-sel otak. Ketika mengkonsumsi  makanan yang mengandung gula, makanan dipecah tubuh menjadi bentuk gula yang paling sederhana. Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, yang akan memasuki aliran darah melalui dinding-dinding usus yang selanjutnya akan diserap sel-sel dan menggunakannya sebagai energi.
Glukosa disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen di hati sewaktu-waktu dapat diubah kembali menjadi glukosa pada saat energi diperlukan. Sebagian besar fruktosa diubah pula menjadi gluktosa oleh hati. Hati pun dapat mengubah gula menjadi asam amino pembagun protein. Kelebihan gula, sebagaimana halnya energi ekstra lainnya, diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam tubuh.
Menyebabkan kegemukan?
Bahwa gula dapat menggemukkan adalah pernyataan yang tidak benar. Pada kasus kegemukan, kesalahan tidak “dipikul” sendiri oleh gula. Gula hanya menyumbang energi 16 kalori (kcal) persendok teh atau 4 kcal tiap gramnya. Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang dapat dibakar oleh tubuh merupakan pemicu penambahan berat badan. Bagi kebanyakan orang, andil terbesar dari kelebihan energi berasal dari mengkonsumsi lemak terlalu banyak, bukan gula.
Beberapa riset secara mengejutkan justru menemukan bahwa orang yang kurus cendrung mengkonsumsi gula lebih banyak dibandingkan dengan orang yang gemuk. Orang yang sering menyalahkan makanan manis tatkala berat badannya naik sudah melupakan mayoritas energi cake, cokelat, cookies dan es krim yang mereka makan berasal dari lemak, bukan gula. Lemak menyediakan  energi  9 kcal per gram.
Namun itu tak berarti tubuh tidak akan bertambah berat jika camilan yang menyediakan gula ditambahkan secara berlebihan pada pola makan sehari-hari. Yang menyebabkan berat badan naik ialah energi (gabungan hasil pembakan karbohidrat-lemak-proein), bukan gula. Sekali lagi, lemak memproduksi energi jauh lebih besar daripada gula.
Menimbulkan Diabetes?
Makan gula telalu banyak tidak menimbulkan diabetes. Kelebihan konsumsi gula memang amat berbahaya bagi pengidap diabetes. Mereka harus membatasi konsumsi gula. Tetapi gula, tidak menyebabkan diabetes.
Janket dan empat koleganya dari Harvard Medical School, Amerika Serikat meneliti secara prospektif apakah konsumsi total atau jenis gula berhubungan dengan risiko munculnya dabetes tipe-2, yaitu diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Studi yang diikuti selama rata-rata enam tahun itu meneliti 39.395 perempuan berumur menimal 45 tahun ke atas yang dipilih secara acak. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi gula tidak tampak berisiko terhadap perkembangan diabetes tipe-2.
Kegemukan mungkin merupakan faktor risiko untuk dibates tipe-2. Dan, sebagaimana sudah dinyatakan diatas, gula bukan penyebab utama di belakang kebanyakan kasus kegemukan. Riwayat keluarga berpenyakit diabetes dan usia yang telah lanjut merupakan faktor-faktor penting lain penyebab diabetes.
Tak ada alasan kuat untuk membatasi konsumsi gula secara ketat, kecuali kalau Anda penderita diabetes atau orang yang sensitif terhadap karbohidrat. Penderita diabetes pun masih diperbolehkan makan makanan yang manis. Namun, mengindari konsumsi gula terlalu banyak tetap lebih baik.
Mungkin tidak mudah melakukan hal tersebut  karena gula adalah makan yang populer dalam bahan makanan olahan. Gula merupakan bahan tambahan makanan yang penting. Ia hadir dalam pelbagai makanan yang sebelumnya mungkin tak terbayangkan, seperti sup, sambal, jus buah, sereal, yoghurt, roti, makanan kaleng, dan tentu saja minuman ringan (soft drink) serta makan manis lainnya.
Gula secara alami dijumpai pula pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu. Idealnya, gula memberikan  kontribusi tidak melebihi 15 % dari total energi perhari. Kendati begitu perlu diingat, bahwa sebagian besar makanan manis mengandung lemak dan energi yang tinggi, tetapi zat gizinya relatif rendah.
Jika Anda menjalankan pola makan seimbang, yakni rendah lemak dan tinggi karbohidrat, tak ada alasan menjauhi gula. Dengan pola makan seimbang, Anda secara otomatis akan membatasi konsumsi gula. 

Makan Berlebihan Penyebab Kencing Manis?



Ada mitos yang berkembang dalam masyarakat, apakah makan yang berlebihan bisa menyebabkan kencing manis? Prof Maarten Kamp menjawabnya tidak.... Namun dia memperingatkan bahwa makan yang berlebihan, terutama diet tinggi lemak dan gula berpotensi kegemukan atau obesitas, yang beresiko terjadinya diabetes tipe 2 atau kencing manis tipe 2. Jadi makan makanan yang tidak sehat seacara berlebihan memang bisa menyebabkan kencing manis.

Memang kencing manis tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan dan faktor yang tidak diketahui. Sedang kencing manis tipe 2 disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya hidup yang berakibat obesitas atau kegemukan. Jadi jika anda tidak punya riwayat kencing manis dalam keluarga, maka tenang-tenang saja. Namun perhatikan juga diet lemak dan gula anda karena jika obesitas, berpotensi terjadinya berbagai macam penyakit.

A. Benarkah makan yang berlebihan bisa menyebabkan kencing manis.

Prof Maarten menjelaskan lebih lanjut tentang terjadinya kencing manis. Untuk mendapatkan energi agar bisa bertahan hidup, tubuh mengkonversi makanan menjadi glukose atau gula dalam darah. Pada saat yang sama pankreas menghasilkan insulin, yang berfungsi merubah gula dalam darah menjadi energi di sel. Tapi pada penderita kencing manis, pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau insulin tidak bekerja dengan baik, sehingga gula bertahan dalam darah. Hal ini sering menyebabkan kerusakan dan tubuh kekurangan energi.

Maka pada penderita kencing manis, biasanya mengeluh badan lemas, sering kencing, sering haus dan luka yang sulit sembuh. Sehingga pada penderita kencing manis harus disuntikan insulin atau oral insulin untuk membantu tubuh mengkonversi gula dalam darah menjadi energi. 

Jadi jika anda hobi makan, maka jangan berlebihan. Karena berpotensi obesitas, yang beresiko mendapatkan berbagai macam penyakit, termasuk kencing manis tipe 2, jika ada riwayat kencing manis dalam keluarga.

B. Hal berikut disarankan untuk mencegah kencing manis:

1.Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. 
Latihan olahraga dapat membantu meningkatkan sensitivitas tubuh Anda terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada pria yang diikuti selama 10 tahun, untuk setiap 500 kkal yang dibakar per minggu melalui latihan, ada penurunan 6% risiko relatif untuk pengembangan diabetes. Penelitian itu juga mencatat manfaat yang lebih besar pada pria yang lebih gemuk.

Dengan meningkatkan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih efisien sampai 70 jam setelah latihan. Jadi, berolahraga 3-4 kali seminggu akan bermanfaat pada kebanyakan orang. Penelitian menunjukkan bahwa baik latihan aerobik dan latihan ketahanan dapat membantu mengendalikan diabetes, tapi manfaat terbesar berasal dari program fitness yang meliputi keduanya. Perlu dicatat bahwa banyak manfaat olahraga independen terhadap penurunan berat badan. Namun, bila dikombinasikan dengan penurunan berat badan, keuntungannya meningkat secara substansial.

2. Dapatkan banyak serat dalam makanan
Makanan berserat tidak hanya mengurangi risiko diabetes dengan meningkatkan kontrol gula darah tetapi juga menurunkan resiko penyakit jantung dan menjaga berat badan ideal dengan membantu Anda merasa kenyang. Makanan tinggi serat antara lain buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Salah satu makanan tinggi serat yang terbukti dapat mengendalikan diabetes adalah dedak padi atau bekatul.

3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian
Meskipun tidak jelas mengapa, biji-bijian dapat mengurangi risiko diabetes dan membantu menjaga kadar gula darah. Dalam sebuah studi pada lebih dari 83.000 perempuan, konsumsi kacang-kacangan (dan selai kacang) tampaknya menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap pengembangan diabetes. Wanita yang mengkonsumsi lebih dari lima porsi satu-ons kacang per minggu menurunkan resiko terkena diabetes dibandingkan wanita yang tidak mengkonsumsi kacang sama sekali.

Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika Anda kelebihan berat badan, pencegahan diabetes dapat bergantung pada penurunan berat badan. Setiap kg Anda kehilangan berat badan dapat meningkatkan kesehatan Anda. Dalam sebuah penelitian, orang dewasa yang kegemukan mengurangi risiko diabetes mereka sebesar 16 persen untuk setiap kilogram berat badan yang hilang. Juga, mereka yang kehilangan sejumlah berat setidaknya 5 sampai 10 persen berat badan awal dan berolahraga secara teratur mengurangi risiko diabetes hampir 60 persen dalam tiga tahun.

5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak
Data mengenai produk susu rendah lemak tampaknya berbeda-beda, tergantung apakah Anda gemuk atau tidak. Pada penderita obesitas, semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsumsi, semakin rendah risiko sindrom metabolik. Secara khusus, mereka yang mengkonsumsi lebih dari 35 porsi produk susu tersebut seminggu memiliki risiko jauh lebih rendah dibandingkan mereka yang mengkonsumsi kurang dari 10 porsi seminggu. Menariknya, hubungan ini tidak begitu kuat pada orang yang ramping.

6. Kurangi lemak hewani
Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 42.000 orang, diet tinggi daging merah, daging olahan, produk susu tinggi lemak, dan permen, dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes hampir dua kali dari mereka yang makan diet sehat. Hal ini independen terhadap berat badan dan faktor-faktor lain.

7. Kurangi konsumsi gula
Konsumsi gula saja tidak terkait dengan pengembangan diabetes tipe 2. Namun, setelah disesuaikan dengan berat badan dan variabel lainnya, tampaknya ada hubungan antara minum minuman sarat gula dan pengembangan diabetes tipe 2. Wanita yang minum satu atau lebih minuman bergula sehari memiliki hampir dua kali lipat risiko terkena diabetes daripada wanita yang minum satu per bulan atau kurang.

Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan menyebabkan kanker paru-paru tetapi juga terkait dengan perkembangan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang sehari dapat meningkatkan risiko diabetes lebih dari tiga kali lipat dari orang yang tidak merokok. Alasan tepatnya untuk hal ini belum diketahui dengan baik. Kemungkinan merokok secara langsung menurunkan kemampuan tubuh untuk memanfaatkan insulin. Selain itu, ada juga hubungan antara merokok dan distribusi lemak tubuh. Merokok cenderung mendorong bentuk tubuh “apel” yang merupakan faktor risiko untuk diabetes.

Hindari mengkonsumsi lemak trans (minyak sayur terhidrogenasi) yang banyak digunakan pada produk olahan dan makanan cepat saji. Mereka telah menunjukkan berkontribusi pada penyakit jantung dan juga dapat menyebabkan diabetes tipe- 2.

Tiada ulasan: