21 Mac 2011

MUI: Fatwa Kopi Luwak (Tahi Musang) Halal

16 Rabiulakhir 1432H. [MOD] -

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biiji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.

Kemasyhuran kopi ini diyakini karena mitos pada masa lalu, ketika perkebunan kopi dibuka besar-besaran pada masa pemerintahan Hindia Belanda sampai dekade 1950-an, di mana saat itu masih banyak terdapat binatang luwak sejenis musang.



Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.

Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.

Melalui fatwa nomor 4, 20 Juli 2010, Majelis Ulama Indonesia atau MUI menyatakan bahwa kopi luwak, yakni kopi yang diolah dari biji kopi yang diambil dari kotoran hewan luwak (musang), termasuk halal atau boleh dikonsumsi umat Islam. Namun, biji kopi luwak harus melalui pencucian terlebih dahulu sebelum dapat dikatakan halal.

"Statusnya biji kopi luwak adalah mutanajis, artinya suatu benda yang terkena najis. Mutanajis itu jika dibersihkan, dicuci, maka biji kopi itu suci, halal, bisa dikonsumsi," ujar Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Aminudin Yakub, Selasa (20/7/2010).

Aminudin mengatakan, fatwa kopi luwak tersebut dikeluarkan MUI untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai halal atau tidaknya kopi yang diambil dari kotoran hewan tersebut. Menurutnya, MUI telah melakukan kajian dan menemukan bahwa hewan luwak hanya memakan kulit luar buah kopi dan menyisakan kulit tanduk buah kopi. "Dan kalau ditanam, biji kopi itu bisa tumbuh. Dengan demikian, itu bukan najis, melainkan mutanajis," katanya.

Mutanajis berbeda dengan najis. Apa yang dikatakan najis, menurut Aminudin, salah satunya, adalah suatu benda yang dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, seperti daging babi. Namun, mutanajis adalah kondisi ketika suatu benda terkena najis yang dapat dikatakan halal jika dibersihkan.

Disebabkan permintaan di dunia banyak meningkat, Kopi Luwak yang dihasilkan di Indonesia tidak dapat memenuhi permintaan para penggemarnya.


Kopi Luwak merupakan antara kopi yang termahal di dunia. Biji kopi ini diperolehi dari tahi melalui penghadaman musang di Indonesia, kemudian diproses menjadi Kopi Luwak.

Kopi Luwak dijual hingga 800 dolar Amerika sekilogram. Minuman kopi ini dijual kira-kira 100 dolar Amerika secawan di London.

3 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Apalah istilah Tahi dan kencing bagi MUI tu ya...Najis mutassitah boleh disucikan ke syeikh...? Agaknya kalau kopi tersebut jika diambil terus ketika masih panas (Tahi segar) sangat-sangatlah enaknya dengan syarat tak perlu dicuci...maka berubahlah agaknya hukum meminum kopi tersebut!

Tanpa Nama berkata...

Akan datang teh tahi lembu didadapti berkhasiat amat untuk penyakit kronik terutama impotensi,amacam MUI?

Tanpa Nama berkata...

Salam...
Aku dulu pernah juga belajar mengenai Istilah najis , mutanajjis(terkena najis) seingat aku masa darjah 6 tahun 1989.Bab fekah. Memang ada perbezaan nyata diantara kedua-duanya ini.

Najis
Segi Bahasa : Benda-benda kotor dan jijik
Segi Istilah : Kotoran yang menyebabkan tidak sah solat dan ibadat- ibadat lain.

Mutanajjis - Benda yang terkena najis

Jika kopi luwak ni aku boleh kata ianya tergolong dari mutanajjis (terkena najis)kategori najis pertengahan (mutawassitah)
Cara Menyucinya:

-Buangkan najis
-Basuh dengan air mutlak
hingga hilang bau ,rasa
dan warna

Aku ingat pelajaran ini tetapi lupa sumber rujukan kitabnya, maklumlah aku bukan alim untuk mengkaji bahan tak seperti guru aku yang telah menerangkan.(Beliau telah pun meninggal dunia)

Cuma waktu itu aku teringat yang beliau telah memberi satu contoh penerangan mengenai biji buah cempedak yang kita (manusia) tertelan, kemudian keesokkannya harinya telah keluar dari dubur kita sewaktu hendak membuang air besar, syaratnya biji cempedak yang telah keluar itu wajiblah dalam keadaan elok tanpa sebarang kecacatan luarannya (tidak koyak/kemek/pecah dsb).

Hanya perlu dibasuh dengan menghilangkan ain (benda najis) , bau, rasa dan warna..Ia boleh dimasak dan dimakan semula...Dan jika biji ini dicampak ke atas tanah, ianya akan tumbuh menjadi pokok cempedak. Terfikir juga oleh aku, kalau biji ni najis, apabila ianya ditanam/ditabur diatas tanah dan setelah menjadi pokok nanti adakah pokok ini pun dikira najis?

Persoalan mengenai kopi luwak/musang ini juga sama juga ceritanya seperti penerangan diatas selagi ia tidak melibatkan najis2 yang berat (mughallazoh), begitu juga sekiranya duit syiling telah tertelan dalam perut dan kemudian ianya ikut keluar bersama2 dengan najis...Ianya tidak dikira najis dan hanya perlu dibasuh dan boleh digunakan.

Satu lagi aku nak bagi contoh mengenai bab berburu menggunakan anjing. Jika mereka yang tak faham soal fekah ni, pasti meragui status halal binatang hasil buruan ini setelah mana anjing buruan tersebut menggigit bahagian badan binatang buruan...status air liur binatang ini melekat pada badan binatang buruan...pasti jadi najis bukan???..bagaimana pula dengan binatang tu? boleh ke dimakan?...Jawapannya pun telah lama ada.

Jadi pada aku, persoalan kopi luwak yang timbul dan menimbulkan kekeliruan ini telah pun dijawab oleh ulamak2 fekah yang terdahulu. Punca berlakunya kecelaruan ini adalah disebabkan kurangnya kita (termasuk aku) hadir kuliyah agama, mentelaah dan merujuk kembali buku2 fekah lama yang banyak menerangkan isu2 sebegini yang aku yakin MUI bukannlah calang-calang ulama yang boleh kita persendakan.