25 Januari 2012

Kesempatan beramal.

1 Rabi'ul Awal 1433H. [MOD] -
Oleh: Jarjani Usman

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang salih terhadap yang telah aku tinggalkan” (QS. Al Mukminun: 99-100).

Bagi orang-orang yang optimis, hidup ini dirasakan sebagai serangkaian kesempatan untuk berbuat. Mengabaikannya adalah penyesalan. Seperti mengabaikan kesempatan berbuat baik dan bermanfaat bagi orang banyak, terutama di saat sedang diamanahkan kekuasaan.

Apalagi orang-orang yang diamanahkan kekuasaan memikul tanggung jawab besar terhadap yang dipimpinnya, dunia dan akhirat. Kekuasaan adalah amanah dan kekuasaan itu di hari kiamat kelak akan menjadi sumber kesedihan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan benar dan menyampaikan kepada mereka yang semestinya (HR. Muslim). Karena tanggung jawab yang besar dan panjang itulah, para pemimpin sukses terdahulu merasa malu untuk bermewah-mewah di saat rakyatnya melarat. Juga merasa malu kembali kepada Allah sebelum menyelesaikan urusan-urusannya dengan rakyat secara baik.

Penyesalan bagi orang-orang yang ingkar, termasuk yang menjadikan masa berkuasa sebagai kesempatan untuk mengeruk kekayaan negara untuk pribadinya dan mengabaikan amanah, bukan hanya ketika sudah berada di akhirat, namun sudah mulai sejak nyawa berpisah dengan badan. Saat itu dikabarkan, orang-orang yang tak berbuat baik sewaktu hidupnya, memohon agar dikembalikan ke dunia walau sesaat. Tapi Allah sudah memastikan bahwa sekali-kali itu tak akan terjadi.

Malah yang sangat dianjurkan adalah (saling) mengingatkan sewaktu masih hidup tentang akan adanya penyesalan. “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman” (QS. Maryam: 39)

Serambi/-

Tiada ulasan: